Rupiah Sentuh Rp14.000, BI Sebut Masih Bisa Ditoleransi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini masih dalam tahap yang wajar. (REUTERS/Willy Kurniawan/CNN Indonesia)

JAKARTA | MAGNETINDONESIA.CO – Bank Indonesia (BI) menganggap pelemahan rupiah usai libur panjang Lebaran 2018 masih dapat dimaklumi. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo porsi pelemahan yang terjadi pada rupiah masih lebih rendah dibandingkan mata uang negara berkembang lain.

Selain itu, kata Perry pelemahan rupiah juga tidak diikuti penurunan indikator ekonomi lain. Ambil contoh, untuk inflasi sampai dengan saat ini juga masih bertahan di kisaran 3 persen.

“Jangan dilihat dari satu hari kemarin, karena pergerakannya dari hari terakhir masuk. Padahal, secara ytd (year to date) masih 2,3 persen,” ucap Perry di kantornya, Jumat (22/6).

Rupiah melemah sebesar 2,3 persen sejak awal tahun kemarin. Pelemahan dalam terjadi usai libur panjang Lebaran.

BACA JUGA   Perajin Sapu Tamiang Terkendala Permodalan

Paska dibuka habis lebaran, rupiah melemah sekitar 1,25 persen dari Rp13.932 per dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp14.107 per dolar AS.

Selain dialami rupiah, pelemahan juga dialami mata uang negara berkembang lain.

Pelemahan kemungkinan besar terimbas oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika, The Fed  dan rencana penghentian surat utang oleh Bank Sentral Eropa (ECB).

“Tekanan global ini membuat hampir semua mata uang melemah, jadi tidak perlu kaget. Ini juga karena libur yang cukup panjang,” katanya.

Perry optimis ke depan mata uang garuda akan bergerak stabil. Untuk mewujudkan itu, BI telah mempertegas kenaikan tingkat suku bunga acuan dan pelonggaran kebijakan makroprudensial di sektor perumahan.

BACA JUGA   Penjualan Sapi di Kota Sukabumi Masih Lesu Jelang Hari Raya Kurban

“Dengan begitu, stabilitas tetap bisa terjaga dan pertumbuhan ekonomi tetap naik, serta berdampak ke investor luar negeri dan membuat aset di pasar keuangan Indonesia menarik,” pungkasnya.

Add New Playlist