Faktor lain pemicu melemahnya okupansi hotel yakni akses infrastruktur jalan. Sejauh ini, lanjut Dadang, kemacetan di wilayah Sukabumi menjadi faktor wisatawan enggan berkunjung ke objek wisata.
“Pemerintah sekarang sedang mempercepat penyelesaian tol Bocimi dan double track kereta api Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung. Kami harap ini bisa segera terealisasi, jangan sampai pengusaha hotel nanti banyak yang gulung tikar,” tegasnya.
(Baca Juga:Â Tingkat Okupansi Meningkat, Pengelola Hotel di Palabuhanratu Semringah)
Pemkab Sukabumi mempunyai peran penting merawat dan meningkatkan kualitas jalan yang sudah ada untuk disiapkan jadi jaringan jalan alternatif pada saat tol Bocimi beroperasi. Pasalnya, volume kendaraan dari luar kota yang masuk ke Sukabumi diprediksi bakal melonjak.
“Memasuki 2020, tentu harapan kami ada resolusi dari pemerintah. Harga juga harus dikendalikan sehingga inflasi bisa lebih terkendali dari tahun 2019. Semoga gejolak politik lebih stabil sehingga tidak mengganggu iklim investasi terutama di Sukabumi,” terangnya.
Pun dengan telah ditetapkannya Geopark Ciletuh Palabuhanratu menjadi Ciletuh Palabuhanratu UNESCO Global Geopark, Dadang berharap ada keseriusan semua pihak untuk bersinergis membangun dan mengembangkan pariwisata secara berkesinambungan dan konsisten. Sehingga semua elemen bisa saling menguatkan dalam mewujudkan visi-misi geopark yaitu memuliakan bumi dan menyejahterakan masyarakat.
“CPUGG harus menjadi destinasi wisata international yang sesungguhnya. Kalau itu tercapai, niscaya kelestarian alam akan terjaga dan peningkatan ekonomi tentu akan dirasakan segenap lapisan masyarakat,” tandasnya.