SUKABUMI | MAGNETINDONESIA.CO - Sampah organik dan anorganik yang diproduksi rumah tangga, perkantoran, industri, restoran, dan hotel di Kabupaten Sukabumi mencapai lebih kurang 4.300 meter kubik per hari. Berbagai upaya dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi untuk mengurangi sampah. Satu di antaranya memaksimalkan peternak maggot yang bisa membantu mengurai sampah."Maggot dapat mengurai sampah organik dan anorganik yang dibuang ke Tempat Penampungan Akhir (TPA). Keberadaan peternak maggot bisa membantu pemerintah daerah terkait persoalan sampah. Kita sudah bekerja sama dengan peternak maggot dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar bisa dikelola dengan baik," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Sukabumi, Tana Indra Permana, Selasa (7/2/2022). Menurut Tana, kerja sama dengan peternak maggot dilakukan di setiap bank-bank sampah yang tersebar di wilayah Kabupaten Sukabumi. Peternakan maggot ini sangat potensial dan punya nilai ekonomis."Hasil kalkulasi, penguraian sampah organik melalui maggot bisa mengurangi sampah hingga 30 persen pada 2025 mendatang. Dengan begitu, kehadiran peternak maggot punya korelasi dengan target Pemkab Sukabumi. Sebab, hampir 45 persen sampah di Kabupaten Sukabumi berupa organik," jelasnya.Ia mengatakan, keberadaan maggot bisa memiliki dua dampak. Baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi. Larva lalat hitam atau BSF ini juga tidak berbahaya seperti lalat pada umumnya. Sehingga keberadaannya cukup aman bagi lingkungan karena bisa mengurai sampah organik."Maggot dapat mengurai sampah organik lebih banyak. Dalam satu kilogram maggot, bisa mengurai sebanyak dua kilogram sampah organik. Jadi perbandingannya satu berbanding dua," sebutnya.Maggot adalah serangga pemakan bahan organik. Protein serangga ini berkualitas tinggi dan bisa menjadi pakan ikan alternatif. Peternakan maggot di Kabupaten Sukabumi muncul dari ide kreatif anak-anak muda yang peduli terhadap keberadaan sampah organik yang terbuang. (adv) Kontributor: RidwanEditor: Eddy Surya Wijaya