Menurut dia, hasil kajian teknis pembangunan konstruksi turap akan diverifikasi tim profesional ahli (TPA) independen. Nantinya harus dilaksanakan oleh pengembang perumahan maupun manajemen pabrik plastik.
“Tapi butuh proses. Diperkirakan lebih kurang tiga minggu sudah ada hasil kajian teknis. Pembangunan turap juga perlu ada persetujuan bangunan gedung (PBG) yang diapprove (disetujui) oleh Disperkim,” jelasnya.
Letak PT PDP dan Perumahan Green Emerald sendiri berada di Kampung/Desa Kompa, Kecamatan Parungkuda. Lokasi keduanya sangat berdekatan hanya dibatasi oleh tebing yang sedang dipermasalahkan.
Human Resource and General Affair PT PDP, Firdaus Firmansyah, mengaku melayangkan pengaduan ke dinas terkait karena muncul kekhawatiran tebing yang dikupas pihak pengembang akan longsor dan bisa berdampak terhadap konstruksi bangunan pabrik. Sejauh ini, manajemen perusahaan sudah beberapa kali mengadukan persoalan tersebut, tetapi belum juga ada titik temu.
“Tentu kami akan mengantisipasi terjadinya longsor akibat aktivitas pengikisan tebing. Sementara letak pabrik berada di atas tebing. Ini bisa berisiko dan longsor bisa menjadi sebuah ancaman bagi kami,” ungkapnya.
Firman menuturkan, awalnya letak pabrik berada di area landai meski di atas bukit. Namun, setelah tebing dipapas, ancaman likuifaksi tanah kemungkinan akan terjadi apabila tidak diantisipasi.
“Permintaan kami cuma satu, pihak pengembang membangun turap di sekitar tebing sesuai spesifikasi teknis dan layak. Tujuannya supaya tidak terjadi bencana longsor di kemudian hari yang berdampak terhadap aktivitas pabrik kami jadi terganggu. Pihak pengembang juga jangan pernah merasa sudah membangun turap dianggap cukup. Seharusnya dipikirkan untuk jangka panjang, tidak sembarangan membangun turap, perlu kajian teknis yang matang,” tegasnya.
