SUKABUMI | MAGNETINDONESIA.CO – Sejak beberapa hari terakhir suhu udara di wilayah Sukabumi dan sekitarnya dirasakan sangat dingin. Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah Palabuhanratu, turunnya suhu udara hingga rata-rata mencapai 16 derajat celcius bisa menjadi ciri mulai datangnya kemarau.
“Sebetulnya itu (penurunan suhu udara) merupakan fenomena wajar sebagai penanda terjadinya kemarau,” kata staf Observatori Bandung BMKG Wilayah Palabuhanratu, Rafdi Ahadi, Selasa (6/8/2019).
Rafdi menuturkan di Jawa Barat, wilayah yang kali pertama dilanda kemarau berada di kawasan utara (Pantura) pada Juni. Lalu sedikit demi sedikit bergerak ke wilayah selatan.
“Laporan dari Peneliti Cuaca dan Iklim BMKG Provinsi Jawa Barat, pada kemarau angin bertiup dari arah Benua Australia. Mulai Juli, Agustus, hingga September, di Australia sedang mengalami puncak musim dingin. Efeknya terbawa ke wilayah Indonesia,” ujar Rafdi.
Dampak signifikan terjadinya polarisasi angin dari Australia itu mengakibatkan penurunan suhu udara di sejumlah wilayah di Jawa Barat, termasuk di Kabupaten Sukabumi. Pada ketinggian permukaan hingga 1,5 kilometer di atas, lanjut dia, permukaan laut relatif lembap.
Kondisi itu mengakibatkan pada petang masih terlihat adanya pembentukan awan. Namun pada ketinggian 3 kilometer di atas permukaan laut yang relatif kering, potensi awan yang terbentuk tidak terlalu berpengaruh terhadap intensitas curah hujan.
“Namun tingkat kelembapan pada malam dan pagi cukup tinggi sehingga mengakibatkan suhu udara relatif dingin,” ungkapnya.